Beranda | Artikel
Tauhid Asma wa Sifat
Senin, 18 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Tauhid Asma’ wa Sifat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة  (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 4 Rajab 1440 H / 11 Maret 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Macam-Macam Tauhid dan Macam-Macam Syirik

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Tauhid Asma’ wa Sifat

Kita lanjutkan pembahasan kita pada pembagian tauhid dan kita telah sampai pada pembagian yang ketiga yaitu tauhid asma’ wa sifat.

Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah: “Adapun tauhid asma’ wa sifat maknanya adalah mengimani semua yang tertera dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kita menetapkan nama-nama dan sifat-sifat tersebut untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan keagunganNya”

Jadi yang dimaksud dengan tauhid asma’ wa sifat yaitu kita menetapkan untuk Allah Tabaraka wa Ta’ala nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia yang telah Allah tetapkan untuk diriNya dalam Al-Qur’an dan ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sunnahnya sesuai keagungan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena penyandaran nama-nama dan sifat-sifat ini kepada Allah berkonsekuensi bahwasanya nama-nama dan sifat-sifat tersebut khusus untuk Allah ‘Azza wa Jalla.

Dalilnya adalah Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿١١﴾

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura[42]: 11)

Juga firman Allah:

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?” (QS. Maryam[19]: 65)

Juga firman Allah:

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.” (QS. Al-Ikhlas[112]: 4)

Juga firman Allah:

فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّـهِ الْأَمْثَالَ

Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.” (QS. An-Nahl[16]: 74)

Juga firman Allah:

فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّـهِ أَندَادًا

karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah,” (QS. Al-Baqarah[2]: 22)

Maka Allah mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia yang harus ditetapkan sesuai dengan apa yang tertera dalam kitab dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita tidak boleh melangkahi Al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana perkataan Imam Ahmad Rahimahullah bahwa kita mensifati Allah dengan sesuatu yang Allah sifatkan diriNya dengan sifat tersebut, juga dengan sesuatu yang disifatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepadaNya. Kita tidak boleh melangkahi Al-Qur’an dan al-Hadits.

Berkata Syaikh bin Baz Rahimahullah:

من غير تحريف ولا تعطيل ولا تكييف ولا تمثيل

Yaitu kita menetapkan asma’ wa sifat tanpa merubah, tanpa menolak, tanpa menentukan bentuknya, dan tanpa memisalkannya.

Ini adalah empat perkara yang diperingatkan oleh Asy-Syaikh Rahimahullah dari perkara-perkara tersebut. Dan bahwasanya wajib bagi kita untuk menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berhati-hati.

Jangan sampai kita terjatuh dari kepada salah satu perkara yang telah diperingatkan oleh beliau. Karena setiap perkara dari perkara-perkara yang disebutkan tadi adalah bentuk penyimpangan dalam tauhi asma’ wa sifat. Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:

وَلِلَّـهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٨٠﴾

Hanya milik Allah nama-nama yang indah, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-nama tersebut itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf[7]: 180)

Ini adalah ancaman dan peringatan bagi setiap yang menyimpang dalam tauhid asma’ wa sifat. Kemudian perlu diketahui bahwasanya penyimpangan ini banyak jalannya. Akan tetapi penyimpangan-penyimpangan tersebut semua disebut dengan “penyimpangan”.

Diantara manusia ada yang penyimpanannya dengan melakukan tahrif (merubah makna atau lafadz). Dan diantara manusia ada yang penyimpanannya dengan menyebutkan atau menentukan bentuk nama dan sifat tersebut dan diantara manusia yang penyimpanannya dengan menyamakan nama dan sifat tersebut dan diantara manusia ada yang menolak dari nama dan sifat tersebut.

Ini adalah perkara-perkara yang harus diwaspadai dalam bab tauhid asma’ wa sifat.

Berkata Syaikh bin Baz Rahimahullah:

من غير تحريف

“Tanpa merubah maknanya”

Maksudnya adalah tanpa merubah nama-nama dan sifat-sifat tersebut. Sama saja dilarang jika ingin merubah lafadznya atau merubah maknanya.

Contoh dari merubah lafadznya yaitu dengan menambahkan satu huruf atau menghapus huruf atau merubah harakat sehingga maknanya pun berubah. Atau merubah maknanya yaitu dengan memberikan satu lafadz makna lafadz yang lain.

Juga tidak boleh melakukan تعطيل, yaitu pengingkaran dan pendustaan dengan tidak menetapkan salah satu dari nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang dimaksud dengan ta’thil adalah peniadaan.

Juga tidak boleh melakukan تكييف, yaitu berusaha untuk memahami bagaimana bentuk nama-nama dan sifat tersebut.

Dan juga tidak boleh di tanyakan “Bagaimana Allah beristiwa’? Bagaimana Allah turun? Bagaimana tangannya Allah? Bagaimana pendengarannya Allah?” Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang bathil. Karena kita semua telah dikabarkan tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi kita tidak dikabarkan bagaimana bentuk nama-nama dan sifat-sifat tersebut. Dan kewajiban kita adalah menetapkan apa yang telah dikabarkan kepada kita dan kita tidak boleh berusaha mencari sesuatu yang tidak dikabarkan kepada kita.

Oleh karena itu Imam Malik Rahimahullah pernah berkata:

الاستواء معلوم والكيف مجهول

“Lafadz istiwa’ ini di ketahui maknanya akan tetapi bagaimana istiwa’nya Allah ini tidak diketahui.”

Di riwayat yang lain:

الكيفُ غير معقول

“Bagaiaman istiwa’nya Allah, kita tidak bisa memahaminya”

Juga tidak boleh melakukan تمثيل, yaitu menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk. Seperti dikatakan pendengaran Allah seperti pendengaran kita atau penglihatan Allah seperti penglihatan kita, Maha Suci Allah dari perkataan tersebut. Karena permisalan seperti ini adalah perbuatan kufur dan orang yang menyamakan Allah dengan makhlukNya maka dia telah kafir.

Maka barangsiapa yang mengatakan bahwa tangan Allah seperti tangannya atau pendengar Allah seperti pendengarannya atau penglihatan Allah seperti penglihatannya, berarti dia tidak menyembah Allah. Karena sebagian para ulama Salaf mengatakan bahwa orang yang menyamakan Allah dengan makhlukNya sama saja ia menyembah berhala. Adapun Allah, maka sifat-sifatnya sesuai dengan keagunganNya. Tidak ada yang sama dengan Allah, tidak ada yang mirip dengan Allah pada satu apapun dari nama-nama dan sifat-sifatNya. MenyamakanNya dengan sifat makhluk adalah kekufuran dan penyimpangan dalam asma’ wa sifat.

Simak pada menit ke-13:23

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Tauhid Asma’ wa Sifat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46815-tauhid-asma-wa-sifat/